Yenny Puspita Saragih

Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris di SMPN 2 Tanjung Morawa, Deli Serdang, Sumatera Utara. Sebelumnya pernah bertugas di MTs dan MA Swasta PTh Darur Rachmad Sib...

Selengkapnya
Navigasi Web
Masih tentang Corona

Masih tentang Corona

Kota kecil di pesisir pantai barat Pulau Sumatera itu awalnya tenang. Wabah tak singgah di sana. Saat itu ibukota dan beberapa daerah di Pulau Jawa sedang berjibaku melawan Corona yang tak hendak berdamai.

Namun, semua berubah sejak akhir Juni kemarin. Berita di tv tentang penjemputan satu keluarga berjumlah 14 orang termasuk 4 orang anak-anak membuat warga mulai tak tenang. Penjemputan ini berdasarkan hasil tracing yang dilakukan terhadap salah satu pasien positif. Mereka dibawa untuk dikarantina di rumah sakit di Tarutung, yang ditunjuk sebagai salah satu RS rujukan menangani COVID-19.

Selang beberapa hari, terkabar seorang dokter positif terjangkit setelah tes swab yang dilakukannya. Sebelumnya beliau memang sempat merawat pasien positif COVID-19. Warga semakin tak tenang. Beberapa netizen merasa perlu untuk menghimbau warga agar tak mengucilkan sang dokter dan keluarganya.

Kejadian paling anyar terjadi beberapa hari yang lalu. Sebuah kampung padat penduduk di kota itu dibuat gempar. Beberapa petugas berseragam APD lengkap memasuki sebuah gang kecil. Mereka menjemput paksa seorang warga yang ditengarai positif COVID-19. Beberapa minggu sebelumnya petugas kesehatan puskesmas datang dan memeriksa warga tersebut beserta anggota keluarga lain yang tinggal di rumah tersebut. Hasilnya si istri positif, sedang suami dan seorang lansia yang ikut merawat dinyatakan negatif. Berdasarkan informasi dari warga sekitar, warga tersebut memang telah lama sakit, bahkan sebelum Corona merebak di penjuru negeri ini.

Ironisnya, ada yang tak kalah mengejutkan dari berita-berita semakin banyaknya korban di kota kecil ini. Yakni celetukan seorang nenek yang tak percaya tetangganya itu positif Corona. Hal ini pun diamini tetangganya yang lain yang juga ikut menyaksikan proses penjemputan paksa itu. Menurut mereka itu hanyalah modus agar dana bantuan penanganan COVID turun. Hingga warga yang tak terjangkit pun dikatakan positif.

Di satu sisi, mereka hanyalah orang-orang tua yang begitu mudah membeo asumsi orang lain yang mereka dengar. Ditambah lagi dengan krisis kepercayaan masyarakat pada pemerintah. Hingga tak bijak jika langsung menyalahkan ungkapan apriori mereka pada tenaga medis.

Asumsi negatif ini bukan hal baru. Beberapa waktu sebelumnya, tuduhan ini juga sempat membuat geram para dokter. Mereka menumpahkan kegeraman itu dalam cuitan-cuitan di Twitter. Jika tak benar, tuduhan itu memang sangat kejam, saat tak sedikit dokter dan nakes yang wafat akibat si virus. Namun, jika benar, betapa keji mereka yang tega mengambil keuntungan di tengah derita rakyat.

Wallahu a'lam. Tak henti berdoa agar wabah pandemi segera berakhir.

Tanjung Morawa, 10 Juli 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Semoga covid yg meresahkan ini segera berlalu. Banyak berita simpang siur yang kita dengar, semuanya membingungkan kita sebagai orang awam.

10 Jul
Balas

Betul Bu. Sedih karena jarang silaturahim akibat Corona.

12 Jul

Keren ibu.. Sukses selalu

10 Jul
Balas

Terima kasih ibu

10 Jul



search

New Post